Mangrove atau umumnya dikenal sebagai pohon bakau sebenarnya punya segudang manfaat namun seringnya terlewatkan. Pohon yang tumbuh di pesisir pantai berfungsi sebagai pagar hidup bagi daratan di sekitarnya dan menjadi bagian dari ekosistem pesisir.
Wilayah hutan mangrove di Jakarta yang dalam kondisi kritis adalah pesisir Marunda. Inilah yang mendasari para staf QNET Indonesia terjun ke laut untuk menanam mangrove.
Kegiatan menanam dimulai sejak pagi saat air laut masih surut. Jangan bayangkan penanaman dilakukan di tepi pantai berpasir putih dipayungi pohon kelapa yang rindang! Sebaliknya, staf harus berjalan di laut dangkal yang dibawahnya terdapat lumpur dan benda keras yang dapat melukai kaki.
QNET kerja sama dengan Yayasan Restorasi Mangrove Indonesia (IMARF) dan para relawan menanam sekitar 600 bibit mangrove. Cara menanamnya hampir sama dengan tanaman pada umumnya dimana tanah mesti digali, bibit diletakkan, dan ditutup lagi dengan tanah. Yang membedakan, staf mesti menggali lumpur dengan tangan tanpa melihat ke dasar karena tertutup air laut yang keruh. Setelah ditanam, bibit pohon mangrove diikat pada batang kayu penopang.
Tidak semua bibit pohon dapat tumbuh hingga besar. Menurut Ikhsan, Ketua IMARF, hanya sekitar 30 persen bibit yang dapat bertahan. Selebihnya bibit biasanya hanyut tersapu ombak atau sampah laut dan seleksi alam lainnya.
Tidak mau ketinggalan, staf kantor Bali pun melakukan kegiatan yang sama di kawasan pesisir Sanur, Mertasari. Mereka menanam sejak pagi dimana air laut masih surut sehingga kegiatan jadi lebih mudah.
Keberadaan mangrove berkontribusi positif bagi kehidupan di sekitarnya. Hutan mangrove dapat menahan laju abrasi dan erosi, serta menjadi sumber makanan bagi hewan laut. Selain itu, mangrove juga mampu menyaring kandungan berbahaya pada air laut sehingga tidak dimakan oleh ikan-ikan laut. Tentu kita tidak mau mengonsumsi ikan yang telah mengonsumsi zat berbahaya bagi tubuh, kan!